STRONSIUM
Lambang : Sr
2, 8, 18, 8, 2
Keberadaan
dialam sebagai : sebagai selestit (SrSO4) dan strontianit (SrCO3).
Stronsium
digunakan sebagai bahan pembuatan kembang api.
Kelimpahan/Jumlahnya : Stronsium berada di kerak bumi dengan jumlah 0.03%
Sifat-sifat :
Strontium lebih lunak dibanding kalsium dan
terdekomposisi dalam air secara cepat. Ia tidak menyerap nitrogen dibawah suhu
380 derajat Celcius. Elemen ini harus direndam dalam minyak tanah (kerosene) untuk menghindari
oksidasi. Logam strontium yang baru terbelah memiliki warna keperak-perakan,
tapi dapat dengan cepat menjadi kuning jika teroksidasi. Logam ini jika
terbelah secara halus dapat terbakar di udara secara spontan. Garam-garam
strontium memberikan warna yang indah pada lidah api dan digunakan di
pertunjukan kembang api dan produksi flares. Strontium alami merupakan campuran
dari 4 isotop yang stabil.
Kegunaan :
Sebagian besar stronsium saat ini digunakan dalam pembuatan
tabung gambar televisi berwarna. Strontium juga digunakan dalam memproduksi magnet ferrite (kombinasi stronsium dengan besi) dan
dalam penyulingan seng. Strontium titanate merupakan bahan menarik untuk
aplikasi optik karena memiliki indeks pantul yang tinggi dan dispersi optik
yang lebih besar daripada berlian. Senyawa ini dapat dipotong menjadi batu
permata, khususnya sebagai tiruan berlian. Namun, karena sangat lembut dan
mudah tergores sehingga jarang digunakan. . Senyawa
tidak ditemukan secara alami di alam dan telah digunakan sebagai batu permata,
tetapi sangat lunak.
Dua senyawa strontium, strontium karbonat (SrCO3) dan
strontium nitrat (Sr(NO3)2),
terbakar dengan nyala merah terang dan digunakan dalam kembang api dan suara
sinyal. Strontium karbonat juga digunakan untuk membuat jenis tertentu dari
kaca dan merupakan bahan dasar untuk membuat senyawa stronsium lainnya.
Stronsium klorida kadang-kadang digunakan dalam pasta gigi untuk gigi
sensitive. Stronsium ranelate digunakan dalam pengobatan osteoporosis. Ini
adalah obat resep di Uni Eropa, tapi tidak di Amerika Serikat.
Pembuatan :
Stronsium ditemukan tahun 1790 oleh Adair Crawford, seorang
kimiawan Irlandia, saat mempelajari witherite
mineral (BaCO3). Ketikawitherite dicampurkan dengan asam klorida (HCl),
dia tidak mendapatkan hasil yang diharapkan. Dia menganggap bahwa sampelwitherite sudah tercemar dengan mineral yang tidak
diketahui, mineral itu ia beri nama strontianite (SrCO3).
Stronsium pertama kali diisolasi tahun 1808 oleh Sir Humphry
Davy, seorang ahli kimia Inggris, melalui elektrolisis dari campuran strontium
klorida (SrCl2) dan oksida merkuri (HgO). Strontium diperoleh dari dua bijih
yang paling umum, celestite (SrSO4) dan
strontianite (SrCO3),dengan memperlakukan mereka dengan asam klorida, membentuk
strontium klorida.
Telah dilakukan pembuatan dan karakterisasi
magnet Strontium Ferrite (SrO.5,6Fe3O4) dengan bahan dasar pasir besi sebagai
upaya pemanfaatan deposit pasir besi Indonesia yang melimpah. Pembuatan
Strontium Ferrite dilakukan dengan metode metalurgi serbuk. Hematit (α-Fe2O3)
hasil pengolahan pasir besi dan Strontium Carbonat (SrCO3) dicampur dengan cara
digiling basah selama 6 jam. Hasil penggilingan dikeringkan dalam oven dan
disaring dengan saringan 400 mesh. Kalsinasi dilakukan pada temperatur 1200 oC
selama 3 jam. Hasil kalsinasi digiling ulang dan ditambahkan CaO dan SiO2
sebagai bahan aditif, kemudian digiling basah 16 jam. Setelah ditambah perekat
berupa polyvinyl Alcohol (PVA) serbuk magnet dicetak dibawah tekanan sebesar 3
ton. Hasil cetakan berupa silinder disinter pada temperatur 1250 oC selama 1
jam. Struktur kristal serbuk magnet hasil sintesis dikarakterisasi dengan
metode XRD, sedangkan sifat-sifat kemagnetannya diukur dengan menggunakan alat
Permagraph tipe MPS. Hasil karakterisasi dengan XRD menunjukkan bahwa Strontium
Ferrite hasil sintesis pasir besi memiliki struktur kristal yang bersesuaian
dengan serbuk produk komersial (PT. NX. Indonesia). Sementara itu dari hasil
pengukuran dengan permagraph diperoleh bahwa magnet Sr Ferit hasil sintesis
memiliki induksi remanen (Br) sebesar 1,195 kG, koersivitas (Hc) sebesar 1,4205
kOe, nilai energi produk maksimum (BH)maks sebesar 0,265 MGOe dan nilai
kerapatan sebesar 4,555 g/cm3. Belum sesuainya sifat magnetik hasil sintesis
ini dibanding produk komersial diperkirakan karena perbedaan berbagai proses
pasca kalsinasi.
Ciri-ciri umum
|
|
stronsium,
Sr, 38
|
|
Dibaca
|
|
87.62
|
|
Sifat fisika
|
|||||||||||||||
2.64 g·cm−3
|
|||||||||||||||
2.375 g·cm−3
|
|||||||||||||||
2520 °F 1382 °C, 1655 K,
|
|||||||||||||||
136.9 kJ·mol−1
|
|||||||||||||||
26.4 J·mol−1·K−1
|
|||||||||||||||
|
Sifat atom
|
|
0.95 (skala Pauling)
|
|
pertama: 549.5 kJ·mol−1
|
|
ke-2: 1064.2 kJ·mol−1
|
|
ke-3: 4138 kJ·mol−1
|
|
195±10 pm
|
|
Isotop paling stabil
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar